Tunjungan: Dari Masa ke Masa, Jalan yang Tak Pernah Sepi Cerita

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Pendahuluan

Di tengah hiruk-pikuk Surabaya yang terus tumbuh menjadi kota metropolitan, Jalan Tunjungan tetap berdiri sebagai salah satu titik paling legendaris. Sejak era kolonial hingga kini, jalan ini menjadi saksi bisu segala denyut kehidupan kota—dari perayaan, perjuangan, hingga pergulatan zaman. Nama “Tunjungan” sudah sejak lama melekat dalam ingatan warga sebagai tempat bertemu, berbelanja, atau sekadar melintas sambil menikmati atmosfer kota. Bagi sebagian orang tua, jalan ini menyimpan kenangan manis masa muda. Bagi generasi sekarang, Tunjungan adalah latar Instagram yang memesona.

Namun, daya tarik Tunjungan tidak pernah hanya sebatas bangunan tuanya yang anggun atau lampu jalan yang temaram. Daya tariknya terletak pada ceritanya yang hidup, yang terus diperbarui oleh mereka yang datang dan pergi. Dari tahun ke tahun, meski wujudnya berubah dan fungsinya bergeser, semangat sosial yang ada di Tunjungan tetap menyala. Inilah tempat di mana kota berbicara, mengenang, dan melangkah sekaligus.

Kenangan dalam Setiap Langkah

Berjalan di sepanjang Tunjungan seperti menyusuri lembaran album foto kota. Di sudut tertentu, masih bisa ditemukan jejak toko-toko legendaris seperti toko es krim Zangrandi, atau cerita lama tentang Hotel Majapahit yang menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bagi Pak Harto, seorang pedagang kaki lima yang sudah 35 tahun berjualan di area ini, Tunjungan adalah “rumah kedua”. Ia mengisahkan betapa dulu kawasan ini menjadi pusat kehidupan malam kota, ramai oleh pasangan muda-mudi, keluarga yang berbelanja, dan anak muda yang menonton film di bioskop.

Memori kolektif yang tercipta dari interaksi di ruang publik seperti Tunjungan memberi kekuatan sosial yang tidak bisa diukur secara material. Dalam teori psikologi sosial, ini berkaitan erat dengan konsep place attachment—ikatan emosional antara individu dan ruang tertentu. Ketika ruang itu menjadi tempat bertumbuhnya kenangan dan relasi sosial, maka ia bukan lagi sekadar tempat, tapi bagian dari identitas bersama. Itulah yang membuat Tunjungan tetap hidup dalam ingatan kolektif warga Surabaya, bahkan saat ia sempat mengalami masa sepi di era 2000-an awal.

Berubah Tapi Tetap Berjiwa

Seiring waktu, wajah Tunjungan memang berubah. Pusat perbelanjaan modern sempat mengalihkan perhatian warga, membuat kawasan ini seperti kehilangan daya magisnya. Namun, seperti irama kota yang tak pernah benar-benar berhenti, Tunjungan pun menemukan bentuk barunya. Pemerintah kota melakukan revitalisasi besar-besaran: mempercantik trotoar, memperbaiki pencahayaan, dan membuka ruang untuk kegiatan komunitas. Hasilnya, dalam lima tahun terakhir, Tunjungan kembali hidup—dengan cara yang berbeda, tapi tetap menyimpan ruh yang sama.

Dalam dinamika urban, perubahan fungsi ruang adalah hal yang wajar, bahkan perlu. Yang terpenting adalah bagaimana perubahan itu tetap memberi ruang bagi interaksi manusia yang sehat dan produktif. Tunjungan berhasil melewati masa transisi itu dengan menjadi ruang yang adaptif. Di era BANI—yang ditandai dengan ketidakpastian, kegelisahan, dan kompleksitas—ruang kota yang mampu menawarkan ketenangan, kenangan, sekaligus peluang, akan selalu dicari. Tunjungan menjawab kebutuhan itu.

Kisah dari Generasi ke Generasi

Menarik untuk melihat bagaimana generasi lama dan baru memaknai Tunjungan. Bagi Bu Sulastri, mantan pegawai toko busana yang dulu berjaya di tahun 80-an, Tunjungan adalah tempat jatuh cinta dan membesarkan mimpi. Kini ia sering mengajak cucunya berjalan sore di sana. Cucu yang tumbuh di era digital itu justru mengenal Tunjungan dari video TikTok dan unggahan teman-temannya. Dua pengalaman yang sangat berbeda, namun bertemu di jalan yang sama. Inilah kekuatan ruang publik yang dibangun dari waktu dan pengalaman lintas generasi.

Dari perspektif psikologi sosial, interaksi semacam ini memperkuat kohesi sosial. Intergenerational bonding dapat terbentuk saat tempat-tempat publik mampu menghadirkan pengalaman yang bermakna bagi semua kelompok usia. Tunjungan kini menjadi ruang yang tidak hanya mengundang ingatan, tapi juga membuka dialog. Saat anak muda dan lansia bisa duduk berdampingan menonton pertunjukan jalanan, ada jembatan sosial yang sedang dibangun secara diam-diam namun kuat.

Mereka yang Menjaga Tunjungan Tetap Bernyawa

Di balik keindahan dan kembalinya keramaian di Tunjungan, ada kontribusi besar dari sumber daya manusia yang menjaga ritme kehidupan di kawasan ini. Mulai dari pedagang kecil, petugas kebersihan, pengelola komunitas, hingga pelaku seni jalanan—semua memegang peran penting. Untuk itu, penguatan soft skills seperti komunikasi, empati, dan kolaborasi menjadi sangat penting. Kota yang hidup adalah kota yang diisi oleh orang-orang yang mampu membangun relasi, bukan hanya melayani secara mekanis.

Dalam kondisi sosial yang penuh tekanan seperti era BANI, SDM yang mampu memahami dan merespons dinamika sosial secara luwes akan menjadi kunci keberhasilan revitalisasi kota. Program pelatihan, pendampingan UMKM, hingga pembinaan komunitas di Tunjungan perlu terus diperkuat. Sebab, suasana yang nyaman dan ramah tidak tercipta dari desain trotoar semata, tetapi dari keramahan dan kehangatan manusia yang mengisi ruang itu setiap hari.

Penutup

Tunjungan adalah contoh bahwa sebuah jalan bisa menjadi lebih dari sekadar jalur kendaraan atau titik komersial. Ia bisa menjadi ruang hidup yang menyimpan sejarah, menciptakan interaksi sosial, dan memberi makna lintas generasi. Dari masa ke masa, Tunjungan telah melewati berbagai babak: ramai, sepi, lalu kembali ramai dengan semangat yang baru. Tapi yang tak pernah berubah adalah kenyataan bahwa Tunjungan selalu punya cerita.

Kita belajar bahwa kota yang kuat bukan yang tak pernah berubah, tapi yang tahu kapan dan bagaimana berubah. Dan Jalan Tunjungan adalah bukti nyata bahwa ketika perubahan dibingkai dengan nilai sejarah dan dijiwai oleh masyarakat yang terlibat, maka ruang kota bisa menjadi cermin jiwa warga yang sehat—sehat ingatan, sehat interaksi, dan sehat harapan. Stay relevant!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top